Selasa, 12 November 2013

Hujan

Aroma hujan.  Aku menikmati gerimis ketiga yang jatuh membasahi kotaku. Kubenamkan wajahku di antara kedua tanganku sambil bersandar di tembok setinggi dada yang membatasi tubuhku di lantai 2 gedung ini, dengan pemandangan syahdu di hadapanku. Tanah yang mulai basah jarang-jarang. Dedaunan yang bergoyang-goyang tanggung disapa rintikan air. Dan yang paling aku suka, aroma tanah yang selalu jadi natural fragrance tiap moment ini hadir. Aroma yang indah bagiku. Bagaimana tidak, dalam ingatanku aku butuh waktu 6 bulan untuk menunggu sejak hujan terakhir turun untuk dapat merasakannya lagi. Aroma yang selalu sama di manapun aku berada tiap hujan atau gerimis hadir. Ketika aku memandang hujan dari atas gedung Aisyah atau Khodijah di malam hari. Ataupun ketika aku menikmati hujan dari teras rumah lamaku. Aromanya selalu sama. Dan selalu, ia membuka memoriku tentang kejadian-kejadian lama yang pernah aku lewati. Yang indah, maupun yang meninggalkan sesuatu yang mendalam. Hehe, aku tersenyum-senyum sendiri sambil memandangi butiran-butiran halus yang turun di hadapanku. Tiba-tiba aku terpikir, apakah aroma tanah saat hujan di tempatmu juga sama seperti ini. Apakah Allah menciptakan aroma hujan yang sama di benuamu. Hehe, lagi-lagi aku memikirkanmu. Sudahlah, Allah pasti cemburu melihatku begini. Kuangkat kepalaku dari benaman tanganku. Ya Rabb, maafkan hambaMu. Aku beralih melepaskan tubuhku dari dinding yang kusandari. Berbalik dan menoleh sesaat ke arah gerimis. Tersenyum tipis, sambil bergumam, sampai jumpa.

Selasa, 08 Oktober 2013

For You, My Best Friend.

Apakah kau pernah berpikir bahwa aku kuat? Ataukah mungkin pernah terdetik bahwa aku tegar? Bila iya, maka yang sebenarnya tentu saja tak seperti yang kau kira. Saat melepasmu, aku mencoba untuk tegar. Aku hanya ingin kau tetap bahagia saat pergi. Namun ketika menatapmu menghilang di ujung jalan, dan berfikir kapan kau akan kembali,benteng pertahanan itu runtuh sudah, dan tangis itu mengalir deras. Will you be fine there? Seribu pertanyaan memenuhi pikiranku. Dan hari berikutnya, aku resah saat ingin mengantarkan keberangkatanmu di bandara. Mungkinkah keberadaanku mengantarmu berarti? Dan yang lebih kutakuti, mungkin aku tak akan bisa menahan tangis saat melihatmu pergi. Cukuplah, tangis itu mengalir d sini. Di tempat berbeda, di saat yang sama dengan waktu kau pergi.
Dan masa depan itu. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik. Karena kita pun tahu bahwa tujuan suatu ijab bukan hanya untuk menyatukan dua hati. Tapi juga berjanji untuk berjalan bersama di jalanNya, berdakwah bersama dan menenegakkan agamaNya bersama. Mungkin Allah SWT memberikan waktu ini untuk memperbaiki diri, memantaskan diri dan meningkatkan ketaqwaan pada Illahi. Tak ada kebaikan yang tak berbalas dengan kebaikan bukan? Bilakah niat dari semua ini baik, semoga Allah SWT memberikan yang terbaik pula.
Good luck. Hari ini, dua bulan delapan belas hari sejak keberangkatanmu. Aku berharap tak akan terbangun di pagi hari dengan jantung yang berdetak lebih keras lagi. I'll try to be stronger Sir. Semoga janji Allah itu pasti. Setelah tiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan sungguh setelah tiap kesulitan pasti ada kemudahan. Semoga Allah SWT selalu menguatkan langkahmu dan langkahku di jalanNya. Dan merahmatinya dengan hidayah dan keikhlasan luar biasa. Aamiin ya Robbal 'Aalamiin. .

See you. . 

            Surabaya, 8 oktober 2013
            On the earth of God
            your Best friend :)

Kamis, 01 Agustus 2013

Reborn!

Reborn! Yes, that's the word I want to say right now.
Dengan semua yang telah terjadi, dan semua yang telah terlewati. Memberiku banyak pelajaran baru.
Aku ingin jadi manusia baru.

Masih banyak kerangka-kerangka pesawat, yang sudah lama tak terawat, terabaikan. Puluhan bahkan ratusan. Ingin segera diselesaikan. Agar bisa segera diluncurkan. Menembus atmosfer. Melewati lapisan bumi terluar. Menantang ribuan bahkan jutaan benda-benda kecil langit. Menuju ke bintang. Hanya dengan satu misi. Ingin membawa apa yang ada di lengan-lengannya pulang.

Yah, terpaksa. Karena aku terlanjur menggantungkan puluhan bahkan ratusan mimpiku di lengan bintang, maka aku juga harus membangun puluhan bahkan ratusan pesawat berlapis baja untuk menggapainya. Butuh energi luar biasa untuk mencapainya. Semoga saja aku mampu.

Ya Rabb, beri hamba kekuatan. Aku ingin mencintaimu seutuhnya. Aku ingin menjadikanmu kekasih hati terdalam.

Semoga, aku ingin menggapaiMu lewat kaki kedua orang tuaku..


Surabaya, 2 Agustus 2013